Kisah di no (1), apakah bisa disebut kekurangan? Saya kira belum kekurangan, ya… masih makan tiga kali sehari, full sebulan…
Tahun kedua (pindah kost ke Cisitu Lama, mirip asrama tapi hanya 1 lt, namanya Angsa Putih), pengalaman saya lebih seru. Seingat saya, uang dari kampung makin seret, saya harus cari tambahan uang dengan ngelesin. Kadang ada hari tidak punya uang untuk makan.
Suatu hari, saya berdoa: Tuhan, hari ini sudah tidak ada uang (atau tidak cukup uang untuk makan lengkap), tetapi saya ingin makan (spt biasa). Believe it or not, hari itu di luar ada yang berteriak: “Hari ini saya tidak makan jatah (lagi puasa kali), siapa mau makan jatah saya!!!” Ya, waktu itu ada pembantu yang masak buat seisi kost-kostan itu. Alhamdulillah, saya bisa makan sesuai keinginan. hahaha
Meski kadang kekurangan, tetapi semangat Pantekosta tetap membara. Someday, ibadah di GSJA Jl Merdeka, ada sesuatu (maybe tantangan atau apa lupa), dan saya tergerak memberi. Saya rogoh kantong saya, … ah masih ada satu lembar 10rb-an. Saya berikan semua…. Dan saya pulang jalan kaki sampai Cisitu, 5km, … dan lapar! 😁
Kekurangan, tetapi berlebihan. Terlihat kurang uang, tetapi bisa memberi.