Ketabahan Ibu

Now faith, hope, and love remain—these three things—and the greatest of these is love.

Mestinya judulnya ketabahan orang tua. Tapi mengamati banyak praktek, akhirnya judul Ketabahan Ibu ini lebih cocok lah. Ayah dan ibu, keduanya punya ketabahannya sendiri, tapi kali ini, yang saya lihat dan akan ceritakan adalah ketabahan ibu.

Saya melihat seorang ibu, yang pernah berkarir, lalu keluar dari kantornya untuk anak-anaknya yang baru lahir/masih kecil. Lalu ibu ini ngantor lagi, tapi tak setahun keluar lagi, sambil menantikan anak ke-3 lahir.

Melihat seorang ibu hari demi harinya, jam demi jamnya, saat demi saatnya menemani dan menyertai anak-anak kecilnya… adalah sesuatu yang menakjubkan. Ibu punya ketabahan yang luar biasa.

Saya bermain hanya/ndak sampai sejam… bermain lego dengan anak ini. Bayangkan, ini hanya sejam… lah seorang ibu yang di rumah? Dengan 2 anak? Luar biasa tabahnya.

Sangat bersyukur, ada keindahan-keindahan di dalam hati yang Tuhan berikan yang membuat semua itu terjadi.

Istri saya pernah mengalaminya… dan aneh rasanya, itu semua rupanya telah dilalui. Seperti tak terasa waktu berlalu….

Now faith, hope, and love remain—these three things—and the greatest of these is love. (1 Corinthians 13:13 CEB)

Tambahan ilustrasi: 😁

2016 – Pengalaman Sakit

Ketika keadaan terasa membaik di tengah masa opname (yang kemudian rupanya drop lagi), kami sempat diskusi: meski kami sakit, Tuhan tidak berhenti melakukan hal-hal baik. Dia tetap bekerja.

“If you don’t know where you’re going, you’ll end up somewhere else.” ~ Yogi Berra

Yoh 13:34-35 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.

Setelah perjalanan panjang Solo-Malaysia-Singapura-Filipina-Jakarta-Bandung-Jakarta, di hari terakhir kami menolong tamu dari Afrika (Kamis 11 Agt 2016), List sorenya demam, pusing dan mual. Dan kondisinya sangat lemah, tidak berdaya… tetapi sesuai teori yang kami tahu, kami hanya berikan obat turun panas dan pereda pusing sampai hari ke-3. Minggu sore 14 Agt kami ke IGD rumah sakit dan check darah. (Setelah lewat masa sakit, kami kira kalau begitu kondisinya, kami tak akan nunggu hari ke-3 untuk ke RS, tergantung kondisi yang dirasakan.) Perjalanan dari Petamburan (tempat tinggal) ke Depok (RS) adalah perjuangan tersendiri karena lemahnya kondisi dan perasaan tidak nyaman… di siang hari yang panas, tapi AC tidak bisa dinyalakan karena hawa dingin membuat tidak nyaman… panas tak nyaman, dingin tak nyaman… Apakah akan survive nyampe RS dg kuat?

Diperiksa, trombosit sudah cukup rendah (82 dari angka normal 150-440), juga leukosit 1,8 (dari angka normal 3,6-11), positif DBD dan langsung opname.

Karena beberapa pertimbangan, kami ambil kamar yang saya bisa menemani dia 24 jam sehari dan List merasa nyaman. Lebih nyaman dengan udara hangat, AC tidak dinyalakan, lampu dimatikan (most of the time). Kalau ada pasien lain, kan enggak bisa melakukan seperti ini. 🙂

Mual dan pusing yang tidak henti, serta kondisi datang bulan, membuat sakit DBD ini tidak mudah. Asupan relatif sedikit (dan penuh perjuangan) sementara darah banyak keluar. Tahu bahwa perlu asupan, tetapi tubuh tidak bisa menerima. Sampai menangis karena pertentangan hal ini. Begitu banyak darah keluar, sampai tubuh terasa melayang. Akhirnya sempat dilakukan transfusi trombosit dan darah merah setelah lewat hari ke-3 opname (tgl 17 Agt lewat tengah malam).

Pengalaman 7 hari 7 malam di satu kamar (selalu hampir 24 jam sehari) dengan kondisi tsb adalah pengalaman yang baru. Biasanya List kuat, dia yang melakukan semua logistik. Sekarang dia lemah dan sangat lemah,… saya yang menolong hampir semua hal bahkan termasuk hal-hal kecil (minum, makan, urusan toilet/wanita, dst) termasuk “tuntutan” emosinya. Banyak pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan perawat, tapi lebih nyaman kalau saya yang mengerjakan. Ada saat tiap jam terjaga, ada saat bisa 2-3 jam bisa terlelap berdua.

Ketika keadaan terasa membaik di tengah masa opname (yang kemudian rupanya drop lagi), kami sempat diskusi: meski kami sakit, Tuhan tidak berhenti melakukan hal-hal baik. Dia tetap bekerja. Mungkin dia bekerja di hati teman-teman yang mendukung kami, mengubahkan hati mereka para sahabat kami (thanks a lot kasih dan dukungannya). Tuhan juga mungkin sedang berbicara kepada para perawat. Saya berharap bahwa kehadiran kami berdua, ikatan dan praktek kasih kami (yang tidak mudah dan tidak sempurna) menyatakan tentang kasih di antara Allah dan Kristus, serta kasih Kristus kepada umat-Nya, dan menyatakannya kepada para perawat. (Kami sangat bersyukur dengan pekerjaan para perawat.)

Bersyukur Minggu 21 Agt telah bisa keluar dari rumah sakit dan menjalani pemulihan di rumah. Rumah siapa? Rumah kel om Gun :). Sambil merayakan ultah. :). Terima kasih untuk doa rekan-rekan bagi kami. Tuhan selalu menyertai dan memimpin kita.

/setya