Melihat Kristus Dimana-mana

Nah, bisakah kita menemukan Kristus di tiap bacaan kita dari kitab suci Perjanjian Lama? Misalnya, beberapa waktu lalu, dalam suatu pertemuan spesial di KL, mas Agung mengajak kami merenungkan Mzm 84. Apakah saya melihat Kristus di sana? Kristus seperti apa yang saya temukan? Wah, indah sekali…

be a spy

Saya cukup senang, atau senang sekali, dengan satu bagian kisah Kristus di Luk 24, ketika Dia berjalan kaki dengan dua orang ke Emaus itu (setelah kebangkitan-Nya). Ada banyak detail menarik.

Luk 24:27  Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 

Cukup menggairahkan jika bisa mendengar apa yang tertulis tentang Dia, misalnya di kita Mikha atau Hagai. 🙂 Dan betul, memang itu menggairahkan.

Luk 24:27  Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 

Nah, bisakah kita menemukan Kristus di tiap bacaan kita dari kitab suci Perjanjian Lama? Misalnya, beberapa waktu lalu, dalam suatu pertemuan spesial di KL, mas Agung mengajak kami merenungkan Mzm 84. Apakah saya melihat Kristus di sana? Kristus seperti apa yang saya temukan? Wah, indah sekali…

Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!
Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Sela
Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.
Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.
Ya TUHAN, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga, ya Allah Yakub. Sela
Lihatlah perisai kami, ya Allah, pandanglah wajah orang yang Kauurapi!
Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.
Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!

Kalajengking di Padang Gurun

Waktu itu terjadi, sungguh nyata tantangan umat-Nya adalah padang gurun, kalajengking… Nuansa yang sama, kita di zaman sekarang juga mengalami “padang gurun” dan “kalajengking”.

Ul. 8:15 TUHAN memimpin kamu melalui padang gurun yang luas dan dahsyat, yang banyak ular berbisa dan kalajengkingnya. Di tanah yang kering tanpa air Ia membuat air mengalir dari batu, supaya kamu dapat minum sepuas-puasnya.

kak Winda menyorot (highlight) ayat ini bbrp waktu lalu. Membaca ayat ini mengingatkan saya salah satu sisi masa lalu/masa muda saya.

Ketika SMA, kami didisiplin membaca Alkitab, the whole bible, urut dari Kejadian sampai Wahyu, setahun sekali.

Membaca keseluruhan seperti itu memberikan banyak nuansa-nuansa dan detail-detail. Banyak detail terasa lucu/menggelikan kalau dibandingkan dengan zaman sekarang.

Tapi banyak sekali hal menarik kalau kita berpikir sedikit, atau tepatnya: kalau Tuhan menyatakannya.

Tuhan yang sama ribuan tahun yang lalu, Tuhan yang sama saat ini. Ketika Dia berlaku sesuatu di suatu masa ribuan tahun yang lalu, mungkin ada nuansa yang sama ribuan tahun kemudian.

Kembali ke ayat di atas. Waktu itu terjadi, sungguh nyata tantangan umat-Nya adalah padang gurun, kalajengking… Nuansa yang sama, kita di zaman sekarang juga mengalami “padang gurun” dan “kalajengking”.

Perjalanan dalam kuliah, pekerjaan, hubungan pacaran, dst… bisa jadi seperti padang gurun dengan banyak kalajengking.

Keep strong. Tuhan beserta kita. Air akan mengalir dari batu, minumlah sepuasnya. 🙂

NB: Foto ilustrasi, kemarin (18 Mei 2019) di Sopo Marpingkir HKBP Pulo Gebang. Selalu senang bertemu sahabat-sahabat ini. 🙂

Komitmen dan Keindahan

Anak-anak muda sekarang bertanya: mengapa saya harus menikah jika tidak ada keindahan dalam pernikahan? Tapi apakah keindahan itu otomatis ada dalam pernikahan?

Anak-anak muda sekarang bertanya: mengapa saya harus menikah jika tidak ada keindahan dalam pernikahan? Tapi apakah keindahan itu otomatis ada dalam pernikahan? Keindahan sudah didesain, tapi perlu diupayakan. Dan perlu komitmen untuk keindahan itu berkembang.

TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. (Kej 2:18,22-25)

Pernikahan (dan secara umum: hubungan antar manusia) adalah desain dasar Tuhan. Dia merencanakan/menciptakan/merindukan suatu hubungan kasat mata di bumi ini yang menyatakan keindahan hubungan di antara “KITA” (Kej 1:26). Segala yang diciptakan-Nya adalah: sungguh amat baik. (1:31)

Komitmen kita adalah komitmen kepada Firman Tuhan/Kristus sendiri, dan komitmen pada pasangan sesuai yang dinyatakan Kristus. Tanpa suatu patokan dasar bagi hidup kita, kita tidak akan jelas kemana arah hidup kita. Inilah patokan itu: sekali ditetapkan dan diyakini (this is flesh of my flesh, bone of my bone), sudah titik.. itulah yang terbaik.

Keindahan adalah subjektif dan perseptif. Dengan kasih, kita akan melihat keindahan orang lain/pasangan kita apapun keadaannya. Latihlah otak/pikiran untuk bisa melihat dan menikmati keindahan itu.

Note: Ini diskusi pranikah dengan satu pasang kawan, 21 April 2019. Obrolannya lebih dari 2 jam, banyak sekali pernak-pernik detailnya, rupanya sulit menuliskannya. 🙂

Bikin Masalah Aja, Kawan Ini

Demikianlah.. malam itu ngobrol dengan bang Wawan emosi terasa aneh, antara syukur dan mungkin sedikit shock… Malam pun ditutup dengan doa bang Wawan, doa ucapan syukur Tuhan masih memberi waktu. 🙂

Saya tidak menyangka sebesar itu bahayanya.

Sabtu malam 15 Des, dari Puncak/Cisarua kami mengendarai mobil turun ke Sentul, sekitar jam 9.30 (atau lewat… tak terlalu ingat). Seperti biasa check maps online, bgmn kondisi turun dari Puncak di malam minggu spt itu. Merah seperti dugaan, karena ada penyempitan jalan (kelihatan waktu kami naik sorenya).

Diberi saran jalan alternatif, pertigaan Megamendung belok kanan, lewat dalam, langsung akan tembus ke Taman Budaya Sentul. Selisih lebih dari 30 menit, lebih cepat, daripada jika lewat jalan biasa. (Memang tujuan kami gak jauh dari Taman Budaya Sentul.) Kalau selisih 5-10 menit, sering saya abaikan; tapi selisih 30 menit cukup berarti. Jadi saya ambil jalan alternatif itu. Kawan di samping saya diam saja, biasanya setuju aja (atau tidak setuju tapi diam haha). 🙂

Dan… sudah bisa diduga jalan akan lebih sempit.

Saya pernah juga dulu dari Sentul ke Gn Geulis, diarahkan maps lewat jalan paling biru (biru di maps berarti lancar), tapi birunya rupanya mengandung jalan berbatu. Waktu itu pagi dan musim panas, biasa saja.

Tapi kali ini malam hari, musim hujan (siang/sorenya kelihatannya hujan deras), dan jalan ini belum pernah dilalui.

Mula-mula jalan baik-baik saja, sempit tapi aspal. Makin lama jalan makin gelap tak ada lampu. Dan makin lama aspal menghilang, tinggal berpasir… dan makin lama jalan tanah!

Ada satu ruas sekian puluh (atau sekian ratus) meter yang sangat licin karena kelihatannya sorenya habis hujan cukup lebat. Sangat licin sampai kadang terasa sedikit tergelincir, terasa seperti mobil bergerak tidak seperti harapan/setir. Harus ekstra hati-hati supaya mobil tidak terperosok ke luar jalur.

Kadang jalan berbatu-batu, dan batunya juga agak licin. Kadang menurun, kadang menurunnya agak terjal… kadang nanjak, dan kadang tanjakannya terasa cukup terjal sampai agak kuatir apakah ban mobil bisa kokoh menancap, karena selain terjal kadang jalan ditumbuhin rumput sehingga agak licin.

Kadang di sisi kiri tidak terlihat apa-apa, gelap… saya sangka mungkin kebon. Kemudian saya diberitahu bang Wawan: itu jurang! Waduh, jadi kalau sempat saya tergelincir ke kiri, … waduh rada tergetar membayangkan apa yang mungkin terjadi.

Ya ada 4-5 ruas (atau lebih, gak ingat) yang sebenarnya cukup mengkuatirkan. Saya harus penuh konsentrasi (tapi saya tidak tegang, saya sudah pasrah kalau ada apa-apa…), saya hanya mencoba melakukan pengendalian kendaraan sebaik mungkin… kalau terasa tergelincir, saya coba arahkan ke arah kanan (bukan kiri yang tak kelihatan apa-apa). Kalau menanjak yang agak licin karena rumput-rumput, saya coba hindari rumput sebisa mungkin dan usahakan kecepatan tetap terjaga sambil (hanya bisa) berharap tidak ada mobil dari arah berlawanan. Dan rupanya/kelihatannya tidak ada mobil lain yang mengambil tantangan seperti kami. Saya sempat kuatir di suatu ruas, bahwa mobil saya tidak akan bisa menanjak,… tapi akhirnya bisa juga. #senyumpahit

Jadi mengenang situasi itu, khususnya ketika sudah agak pasrah apakah akan tergelincir ke kiri atau mobil gak akan bisa nanjak… mungkin malaikat ikut menyumpah: bikin masalah saja kawan satu ini… terpaksa kita kerja keras sedikit menjaga mobil ini. haha…

Ketika akhirnya melihat patok: km0.. alhamdulillah, saya udah pernah tahu patok ini, dan berarti jalan sudah aman.

Tiba di rumah bang Wawan hampir jam 10pm dan menceritakan kisah ini, dia berkata dengan agak aneh perasaannya kulihat: “Kalau tahu mas Setya mau lewat situ, PASTI saya larang… itu sebelah kiri kebanyakan jurang. Siang pun bahaya, apalagi malam dan habis hujan! Mobil saya pun pernah selip di daerah situ perlu dibantu penduduk untuk keluar dari situasi selip.” Widih…. iya ya, kok mobil saya tadi bisa lolos dari selip padahal tanah betul licin… kasihan malaikat mungkin kerja sedikit lebih keras.

Demikianlah.. malam itu ngobrol dengan bang Wawan emosi terasa aneh, antara syukur dan mungkin sedikit shock… Malam pun ditutup dengan doa bang Wawan, doa ucapan syukur Tuhan masih memberi waktu. 🙂

Sudden Good Break

Seorang raja yang begitu sibuk dengan segala urusan kerajaannya, suatu saat berkata:

“Unrelenting disappointment leaves you heartsick, but a sudden good break can turn life around.” (a proverb)

Dalam kehidupan kita, Dia memberikan kegembiraan-kegembiraan kecil. Inilah salah satu cara Dia menghibur dan menguatkan kita di dalam perjuangan kita yang tiada habisnya di muka bumi ini.

Menikmati lagu ini adalah kebahagiaan kecil kami, malam ini…